Tuesday, September 2, 2014

Become a Happy Person



Kalau disuruh memilih, semua orang pasti akan mau jadi bahagia. Bahkan, ada beberapa yang menjadikan bahagia tujuan dari hidupnya. Tapi, apakah kita sudah benar-benar mengerti bagaimana caranya menjadi bahagia?


1. Membandingkan Keberhasilan Orang Lain dengan Prestasi Diri Sendiri

Kepo

Jalan hidup dua orang bisa saling beririsan, namun tujuan akhir mereka tetap berbeda-beda. Misalnya, kamu dan sahabatmu bisa saja sama-sama kuliah Kedokteran. Sementara kamu menikah lebih dulu dan membuka praktik di kota tempat suamimu bekerja, dia diterima di Médecins Sans Frontier (Doctors Without Borders) dan ditugaskan menghalau malaria di Afrika.

Kamu tidak akan bahagia jika membanding-bandingkan dirimu yang sekarang dengan sahabatmu yang bisa keliling dunia. Setiap orang punya “prestasinya” sendiri-sendiri. Ketika temanmu bisa menolong pemberantasan epidemi di Kenya, kamu bisa menjadi istri yang baik untuk suamimu, serta ibu yang siap bagi calon anakmu. Kamu bukanlah orang yang menyedihkan hanya karena belum pernah pergi ke Afrika.

Orang yang bahagia mengetahui cara mengejar impian sendiri. Tidak ada gunanya membanding-bandingkan cara-cara yang berbeda ini.




2. Mencari pengakuan dari orang lain
Steve Job aja nggak peduli apa kata orang

Setiap orang ingin dihormati dan diakui keberadaannya. Namun bagi orang yang bahagia, pengakuan dari orang lain itu tak selalu jadi hal utama.

Faktanya, tidak ada orang yang akan benar-benar mengerti betapa susahnya menjadi kita. Tidak ada yang tahu usahamu begadang berhari-hari untuk menyelesaikan skripsi. Yang bisa orang tua atau teman-temanmu lihat hanyalah hasil akhirnya: nilai A, A-, B, atau ujian ulang. Tidak ada yang tahu kalau kamu sering mati-matian belajar untuk lulus UAN. Yang orang tahu hanyalah apakah kamu berhasil melewatinya, atau harus kejar paket C.

Karena tidak ada yang bisa melihat perjuanganmu secara utuh, tidak ada juga yang bisa mengakuimu secara sempurna. Karena itu, adalah hal yang absurd untuk menuntut orang lain memberikanmu pengakuan. Untuk bertahan, yang paling penting bukanlah pengakuan orang. Resepnya adalah percaya bahwa duniamu dan dunia orang lain bisa lebih baik berkat apa yang kamu usahakan.




3. Menggantungkan kebahagiaan pada orang lain

Terlalu cinta

Bagi orang bahagia, kebahagiaan bisa ditemukan di mana saja. Kamu tidak harus punya orang yang menemani untuk menikmati hidup. Kamu bisa saja punya sahabat atau pacar, tapi dengan diri sendiri pun kamu akan nyaman.

Ketika kamu tidak menggantungkan kebahagiaanmu pada orang lain, kamu tidak akan lantas jadi hancur ketika mereka berbuat hal yang tak mengenakkan padamu. Salah paham dengan sahabat sampai diam-diaman? Putus dari pacar? Kamu bisa tetap tenang — tidak lantas jadi nelangsa dan berpikir bahwa hidupmu sudah habis.

Prinsip ini penting, karena tiap orang pasti akan melakukan kesalahan. Mereka yang berharga pasti akan melakukan hal yang membuatmu kecewa. Ketika kamu tidak menggantungkan kebahagiaanmu pada perkataan dan perbuatan mereka, kamu bisa lebih mudah untuk legawa. Dan sikap legawa? Itu salah satu kunci bahagia.


4. Menyimpan penyesalan atas apa yang sudah terjadi
Kamu kini tahu apa yang harus kamu percayai

Setiap orang punya masalahnya sendiri-sendiri. Kamu pun begitu. Mungkin, kamu menyesal setelah putus dari pacarmu. Kamu tidak tahu caranya move on, sementara dia mungkin sudah punya pacar baru (dan mungkin tidak cuma satu, tapi dua). Ketidakbahagiaanmu dalam hubungan pribadi lalu menular ke sisi-sisi hidupmu yang lain, termasuk sisi akademik dan profesional.

Kalau kamu orang yang bahagia, kamu bisa menyadari bahwa tiap orang melakukan kesalahan. Kamu menyadari bahwa kamu salah telah meninggalkan pacarmu dan hubungan kalian. Kamu menyadari bahwa kamu telah menyakitinya, dan dia lebih berharga dari apa yang kamu kira.

Lalu kamu akan memaafkan dirimu sendiri. Tentu saja ini lebih mudah ditulis daripada dilakukan. Proses ini bisa memakan waktu bertahun-tahun, atau berbulan-bulan.

Orang bahagia bukannya tidak tahu bahwa proses memaafkan ini butuh waktu lama. Mereka hanya akan berusaha supaya proses itu tak berlangsung selamanya.




5. Menghabiskan waktu di lingkungan yang negatif
Hindari gosip


Kamu mendapat teman baru di ospek kampus, dan kalian langsung cocok. Tapi, lama kelamaan kamu mulai merasa terganggu dengan sifatnya yang selalu membicarakan orang lain di belakang. Kamu mulai merasa bersalah ketika kamu tidak ikut-ikutan dia membicarakan orang lain. Kamu pun mulai ikut-ikutan menusuk orang dari belakang. Pada akhirnya, kamu merasa dirimu sampah.

Kalau kamu orang bahagia, kamu akan bisa mendeteksi mana yang merupakan pengaruh negatif bagi hidupmu. Tak hanya itu, kamu akan cukup kuat untuk mundur perlahan dan keluar. Kalau kamu terus berada di lingkungan tersebut, kamu akan semakin tertekan.

Carilah lingkungan yang positif buatmu. Temukan hal baru yang akan membuatmu senang. Ingatlah, orang bahagia pasti dikelilingi orang-orang yang bahagia juga.


6. Membohongi diri sendiri dan orang lain

berhenti membohongi diri sendiri

Orang yang bahagia bukan orang yang dibuai dongeng. Mereka tidak hidup di alam imajinasi dan delusi. Kunci dari bahagia bukanlah meyakinkan diri bahwa semua yang terjadi di dunia ini adalah hal yang baik. Kunci dari bahagia adalah menerima bahwa tak selamanya hidup ini baik-baik saja.

Orang yang bahagia akan selalu jujur pada dirinya sendiri, serta pada orang lain. Dia tahu apa yang sebenarnya dia mau, dan sampai mana dia harus bersabar dan menerima. Ketika orang lain di sekitarnya berlaku kelewatan, dengan tegas dia bisa membela hak-haknya.

Kejujuran pada diri sendiri dan orang lain penting untuk menjaga jati dirimu. Tanpa jati diri yang terjaga, hidupmu tak akan jelas juntrungannya.

Kalau kamu bahagia dengan hidupmu, kamu akan menemukan hal-hal baru yang membuat hidup semakin berwarna. Dan kalau kamu bahagia, kamu pasti tidak akan melakukan hal-hal di atas. Iya, ‘kan? :)

No comments:

Post a Comment