Tuesday, July 31, 2012

Komunikasi Yang Kurang Tepat Dari Orang Tua Untuk Anak


Ada 3 Cara Komunikasi Yang Kurang Tepat Dari Orang Tua Untuk Anak




"Semua orangtua ingin selalu melindungi anak-anaknya
agar tidak berbuat kesalahan yang bisa merugikan si anak.
Saking khawatirnya, terkadang orangtua malah gagal berkomunikasi
dengan anak karena cara komunikasinya tidak disukai anak"


Akibat dari hal di atas adalah orangtua melakukan komunikasi
dengan cara yang justru merusak hubungannya dengan si anak.
Menurut Dr. Jeffrey Bernstein, psikolog dari Philadelphia
dan penulis buku '10 Days to a Less Defiant Child',
ada tiga gaya komunikasi orangtua yang tidak disukai anak
seperti dilansir Psychology Today

1. Memojokkan dengan rasa bersalah

Biasanya dilakukan dengan cara meminta atau membuat anak merasa berada
dalam posisi orangtua atau orang lain dalam situasi tertentu.
Orang tua seringkali mencoba membuat anak-anak merasa bersalah atas
tindakan atau pikiran mereka. Orang tua yang mengontrol anak-anaknya
menggunakan perasaan bersalah ini sebenarnya memiliki risiko mengucilkan
anak-anaknya dari mereka sendiri

Contohnya:

Budi (15 tahun) kepergok sedang merokok oleh tetangganya yang kemudian
si tetangga melaporkan kepada ibunya. Ibunya menceramahi Budi selama
setengah jam dengan pernyataan seperti: "Coba kamu bayangkan betapa
malunya Ibu mendengar kasak-kusuk tetangga bilang anak Ibu merokok?"
atau "Apa kamu nggak sadar, kamu sudah merusak kepercayaan Ibu sama kamu?"
Cara ini tidak akan berhasil dan justru membuat Budi semakin membuat jarak
dengan Ibunya. Yang dibutuhkan Budi sebenarnya hanya dukungan,
pemahaman, dan disiplin. Membuat komunikasi dengan bertanya alasan dan
kenapa merokok malah membuat si anak biasanya lebih terbuka

2. Menggunakan Sarkasme atau sindiran

Sindiran adalah mengatakan hal-hal yang berkebalikan dari apa yang
sebenarnya ingin dikatakan dan tersirat melalui nada suaranya

Contohnya:

mengatakan sesuatu seperti: "Pintar sekali kamu" ketika
anak melakukan kesalahan atau sesuatu yang buruk
Sarkasme merupakan hambatan bagi orangtua yang ingin berkomunikasi
secara efektif dengan anak-anaknya. Berbicara dengan nada positif dan tidak
kasar akan membuat anak lebih respek

3. Menguliahi

Yaitu ketika orangtua datang dan memberikan ceramah bagaimana
seharusnya anaknya melakukan sesuatu, bukan memberikan masukan atau
saran. Terlalu mengarahkan dan menyetir justru tidak akan didengar oleh
anak-anak, atau bahkan malah membuat si anak melakukan kebalikan dari apa
yang orangtua perintahkan

Orangtua yang mendikte anak-anaknya bagaimana seharusnya memecahkan
masalahnya dan mengarahkan bahwa anak-anak tidak memiliki kendali atas
kehidupannya sendiri, maka mereka akan kehilangan kepercayaan dari anak-anaknya

semoga orang tua kita bisa mengerti hal itu
dan semoga saat kita jadi orang tua,
kita bisa memberikan yang terbaik untuk anak-anak kita

I Love You Ma...
You are my everything...

Semoga bermanfaat

10 langkah menjadi entrepreneur




STEP 1, START WITH A DREAM
Sebelum menjadi entrepreneur mulailah dengan sebuah mimpi. Semua bermula dari sebuah mimpi dan keyakinan akan produk yang akan kita tawarkan. A dream is where it all started. Pemimpilah yang selalu menciptakan dan membuat sebuah terobosan dalam produk, cara pelayanan, jasa, ataupun idea yang dapat dijual dengan sukses. Mereka tidak mengenal batas dan kerterikatan, tak mengenal kata ‘tidak bisa’ ataupun ‘tidak mungkin’.



STEP 2, LOVE The Products or Services
Cintailah produk anda. Kecintaan akan produk kita akan memberikan sebuah keyakinan kepada pelanggan kita dan membuat kerja keras terasa ringan. Membuat kita mampu melewati masa-masa sulit. Setiap awal usaha selalu akan ada banyak halangan ataupun kesulitan yang bertubi tubi, kecintaan akan produk kita yang akan membuat kita bekerja keras dengan senang hati.

Enthusiastism and Persistence: Antusiasme dan keuletan sebagai pertanda cinta dan keyakinan kita akan menjadi tulang punggung keberhasilan sebuah usaha yang baru.


STEP 3, Learn The BASICS of BUSINESS.
Pelajarilah fundamental business. : BEYOND THE *buy low, sell high, pay late, collect early. Tidak akan ada sukses tanpa sebuah pengetahuan dasar untuk business yang baik, belajar sambil bekerja, turut kerja dahulu selama 1-2 tahun untuk dapat mempelajari dasar-dasar usaha akan membantu kita untuk maju dengan lebih baik.Carilah -guru- yang baik.


STEP 4, Willing to Take CALCULATED RISKS.
Ambilah resiko. The gain that you will be able to achieve is directly proportional to the risk taken:

Berani mengambil resiko yang diperhitungkan merupakan kunci awal dalam dunia wirausaha, karena hasil yang mungkin dicapai akan proporsional terhadap resiko yang diambil. Sebuah resiko yang diperhitungkan dengan baik-baik akan lebih banyak memberikan kemungkinan berhasil. Dan inilah faktor penentu yang membedakan entreprenneur dengan manager. Entrepreneur lebih dibutuhkan pada tahap awal pengembangan perusahaan, dan manager dibutuhkan untuk mengatur perusahaan yang telah maju.



STEP 5, Seek Advice, But Follow Your Belief.
Carilah nasehat dari pakarnya, tapi ikuti kata hati kita. Consult Consultants, ask the experts, but follow your hearts. Entrepreneur selalu mencari nasehat dari berbagai pihak tapi keputusan akhir selalu ada ditangannya dan dapat diputuskan dengan “indera ke enam” nya.


STEP 6, Salesmanship and Customer Understanding.
Komunikasi yang baik dan kepiawaian menjual. Pada fase awal sebuah usaha, kepiawaian menjual merupakan kunci-sukses. Dan kemampuan untuk memahami dan menguasai hubungan dengan pelanggan akan membantu mengembangakan usaha pada fase itu.


STEP 7, Work HARD, 7 Days a Week, 18 Hours a Day.
Kerja keras. Ethos kerja keras sering dianggap sebagai mimpi kuno dan seharusnya diganti, tapi hard-work and smart-work tidaklah dapat dipisahkan lagi sekarang. Hampir semua successful start-up butuh workaholics. Entrepreneur sejati tidak pernah lepas dari kerjanya, pada saat tidurpun otaknya bekerja dan berpikir akan businessnya. Me-lamun-kan dan memimpikan kerjanya.


STEP 8, Make Friends As Much As Possible.
Bertemanlah sebanyak-banyaknya. Pada harga dan kwalitas yang sama orang membeli dari temannya, pada harga yang sedikit lebih mahal, orang akan tetap membeli dari teman. Teman akan membantu mengembangkan usaha kita, memberi nasehat, membantu menolong pada masa sulit.


STEP 9, Deal With FAILURES.
Hadapi kegagalan Kegagalan merupakan sebuah vitamin untuk menguatkan dan mempertajam intuisi dan kemampuan kita berwirausaha, selama kegagalan itu tidaklah mematikan. Setiap usaha selalu akan mempunyai resiko kegagalan dan bilamana sampai itu terjadi, bersiaplah dan hadapilah!


STEP 10, Just Do It, NOW!
Lakukanlah sekarang juga. Bila Anda telah siap, lakukanlah sekarang juga. Manager selalu melakukan:
READY-AIM-SHOOT, tetapi entrepreneur sejati akan melakukan READY-SHOOT-AIM!. Putuskan dan kerjakan sekarang, kerena besok bukanlah milik kita.

Fashion Week Fact



Perhelatan fashion di New York, atau lazim disebut New York Fashion Week mungkin terkesan sangat bergaya, mewah dan glamor. Tapi sebenarnya, tak seluruhnya seperti itu.

Berikut ini 20 hal menarik di balik New York Fashion Week yang jarang terungkap.

Datang ke pertunjukan memerlukan uang
Pendaftaran resmi Fashion Week dikenai biaya sekitar Rp 711 ribu yang harus dibayar di muka. Jika permintaan disetujui maka kamu akan mendapatkan sebuah kartu pengenal untuk masuk ke tenda dan mendapatkan daftar kontak desiner untuk meminta bangku. Hanya itu. Tidak ada jaminan kamu bisa mendapat kesempatan menyaksikan pertunjukan fashion.

Banyak makanan gratis
Di belakang panggung selalu terdapat banyak makanan (jika kamu dapat datang ke setiap pertunjukan lebih dini). Berikut menu yang biasa ada. Sarapan: kroisan, bagel, yogurt parfaits, fruit cups, jus jeruk, dan kopi. Makan siang: mini sandwiches dan wraps (juga terdapat dalam sajian vegetarian). hummus dan sayur-sayuran, cupcake mini. Makan malam: salad pasta, salad, sandwich yang dipotong-potong, buah dan keju, kue.

Memakai sepatu berhak adalah sebuah kesalahan
Berlusin-lusin model menjadi ahli fashion di runway dengan terpeleset saat mengenakan hak lancip, namun para penggiat pertunjukan bersikeras mengenakan semakin tinggi hak sepatu, semakin baik. Namun, jika kamu benar-benar bekerja di pertunjukan itu, sepatu datar merupakan satu-satunya pilihan. Aku mengenakan sepatu hak tinggi pada dua hari pertama dan aku sangat menyesalinya.

Jika harus mengenakan sepatu hak, rusak dulu!
Terdapat sebuah kru khusus yang bertugas menyiapkan pakaian para model. Salah satu pekerjaan mereka adalah merusak bagian bawah sepatu baru supaya para model tidak akan jatuh. Trik yang bagus!

Orang jadi gila karena benda gratisan
Kamu pikir para elit dunia fashion akan berperilaku seperti wanita dan pria terhormat? Tidak. Taruh sebuah pendingin berisi Starbucks Frappucino gratis maka mereka akan bertingkah seperti binatang. Sepanjang hari lemari pendingin itu diisi ulang dengan berbotol-botol Frappucino dingin, air Fiji, dan minuman Kefir Probotic Smoothie. Orang-orang biasanya mengambil dua, tiga, empat pada saat yang bersamaan dan menaruhnya di dalam tas mereka sebelum keluar dari tenda.

Orang mencoba mencuri kursimu (dan mungkin sebaliknya)
Kamu pikir jika nama dan organisasimu tercetak jelas di bangkumu hal itu akan mencegah orang untuk duduk di bangkumu. Tidak juga. Banyak orang akan berpura-pura mereka tidak bisa bahasa Inggris, atau mereka hanya diam saja demi mendapatkan bangku di deretan yang lebih dekat ke runway.

Penata wajah dan penata rambut suka memakai produk aneh
Selain membawa seluruh produk yang dapat dibayangkan, ahli kecantikan selalu memiliki beberapa trik yang tidak lazim. Tom Pecheaux dari MAC suka menggunakan Homeoplasmine (krim puting Perancis) sebagai pelembap. Peter Gray dari Redken menyemprotkan cat mobil di wig untuk lebih mempertahankan bentuk rambut.

Model sangat konyol
Jika kamu meminta foto mereka, maka mereka akan memberi 20 pose aneh dan satu yang normal.

Model Harus Siap untuk Berbagai Hal
Kalian tahu di acara "American's Next Top Models" para gadis akan menangis jika sudah saatnya untuk makeover? Para model yang malang ini memang harus rela alis mereka diwarnai untuk pertunjukan Jason Wu. Sebenarnya, semua gadis dalam acara itu harus melakukannya! Sungguh. Tapi itu merupakan bagian dari pekerjaan!

Ada kalanya, para model akan memakai rambut atau kuku yang sudah dicat dan dipasangkan sebelum pertunjukan.

Kamu merasa glamor saat berjalan ke tenda
Ok, mungkin kamu dapat membicarakan mengenai hal itu, namun...

Tenda itu tidak seluruhnya glamor
Kalian harus berjalan melalui jalan panjang yang bising karena suara generator. Cuaca yang dingin juga bikin beku. Lakukan ini berkali-kali dalam sehari sebelum kamu mendapatkan akses ke pesta belakang panggung.

Selain itu, aromanya seperti sampah
Itu secara harafiah. Terdapat Port-O-Potties (toilet portabel) di belakang panggung dan aku tidak yakin kalau toilet itu pernah dibersihkan, jadi di akhir hari… baunya menjijikkan!

Paparazzi sangat sinting!
Di Los Angeles paparazzi bisa menjadi maslah tersendiri, namun hal itu bukan suatu masalah besar di New York City. Satu-satunya saat ketika aku bertemu dengan gerombolan fotografer adalah disini saat pekan fashion. Kerumunan orang dengan kamera ini berdesakan untuk mendapatkan sebuah gambar dari seorang gadis pirang tinggi dan mereka bahkan tidak tahu siapa dia! (Itu adalah model Petra Nemcova).

Melihat selebritas begitu mengagumkan
Kita tidak dapat melihat kesempatan lain bertemu dengan banyak orang terkenal dan melihat mereka melakukan kegiatan. Aku mengambil foto Ramona Singer dari "The Real Housewives of New York City" yang menghabiskan sebagian besar waktunya di pertunjukan fashion itu mengetik di BlackBerry-nya.

Sangat mustahil menghadiri setiap pertunjukan
Ini merupakan jadwalku untuk pekan ini. Aku mencoba datang ke sebagian besar pertunjukan ini, namun badanku cuma satu! Selain itu: ketika sebuah pertunjukan dimulai terlambat dan mereka berlangsung hanya berjarak satu jam, berjalan antara tempat-tempat itu tidak dapat dicapai dengan tepat waktu.

Editor dijamu seperti anggota kerajaan
Di sela-sela acara aku mampir ke tempat Robert Verdi Luxe Laboratory yang memiliki berbagai jamuan makanan dan minuman yang menggiurkan, bertumpuk-tumpuk bingkisan. Di sana rambutkudirias oleh Conair dan seorang artis dandan untuk Mally Beauty. Apa yang aku lakukan sehingga aku layak menerima semua ini?

Barang-Barang yang kita dapatkan!
Kamu dapat mengumpulkan beberapa bingkisan yang menarik sepanjang pekan itu. Misalnya jeans, produk rambut, makeup, kartu ucapan, tas tote... cukup mengagumkan, betul? Dalam rangka membagi kekayaanku ini, aku memutuskan untuk memberikan bingkisan barang gratisanku ini ke Shine! Jangan ke mana-mana untuk dapat berbagai tips mengenai bagaiama mengumpulkan barang-barang jarahan ini.

Coba terus untuk pengalaman yang lebih baik
Kecuali jika dilarang, aku akan masuk ke setiap kamar atau menerobos ke setiap area yang mungkin, karena aku tahu akan terdapat banyak hal-hal yang mengagumkan. Misalnya ruangan tempat gaun manik-manik Marchesa disimpan tiga jam sebelum gaun itu dipertunjukkan dan dapat mengamatinya dengan lebih dekat. Luar biasa.

8 Penelitian Unik Tentang Cinta

Penelitian Unik Tentang Cinta

Banyak ilmuwan yang mencoba mencari tahu sisi menarik dari sebuah percintaan dan chemistry antara pria dan wanita dengan melakukan berbagai penelitian. Hasilnya pun bermacam-macam, mulai dari yang wajar hingga mengungkapkan fakta aneh dan menarik.

Sepanjang tahun ini, sudah lebih dari ratusan penelitian tentang cinta yang dilakukan. Dari sekian banyak penelitian, ada beberapa yang menunjukkan hasil cukup mencengangkan. Ini dia delapan penelitian aneh tentang cinta sepanjang 2011.

1. Pria Lebih Menyukai Wanita yang Diputuskan Pacarnya
Penemuan dari University of Michigan menyebutkan bahwa pria lebih tertarik mendekati wanita yang dicampakkan kekasihnya. Para ahli berspekulasi, ketika pria yang berinisiatif memutuskan hubungan, hal itu akan menunjukkan dominasinya terhadap lawan jenis. Dengan demikian, pria akan menganggap wanita yang diputuskan akan lebih mudah dikontrol.

2. Anda Bisa Mendeteksi Tukang Selingkuh dari Suaranya
Dalam sebuah studi, para peneliti meminta sekitar 120 pria dan wanita untuk menyuarakan huruf vokal dengan nada yang berbeda-besa. Dari hasil penelitian diketahui, wanita cenderung mengasosiasikan suara rendah pria dengan perilaku berselingkuh. Sementara bagi responden pria, wanita bernada tinggilah yang suka selingkuh. Meskipun aneh, hasil penemuan tersebut dianggap masuk akal dalam perspektif biologis. Nada yang lebih rendah, berarti memiliki level testosteron yang tinggi. Dengan level hormon testosteron yang tinggi membuat pria cenderung tidak pilih-pilih dalam menentukan pasangan (baca: mudah jatuh cinta).

3. Pria Dandan Lebih Lama daripada Wanita
Penelitian yang dilakukan Travelodge --perusahaan jaringan hotel raksasa-- menemukan bahwa pria bisa menghabiskan waktu rata-rata 81 menit per hari untuk merawat tubuh, seperti membersihkan, menyegarkan dan melembabkan wajah, bercukur, menata rambut dan memilih pakaian. Sementara wanita hanya memerlukan waktu 75 menit sehari untuk menata rambut, memilih pakaian dan memakai make-up.

4. Wanita Lebih Mudah Mengingat Sesuatu Jika Dikatakan dengan Suara yang Dalam
Wanita bisa lebih akurat mengingat sebuah objek, jika objek tersebut diperkenalkan oleh pria dengan suara yang dalam. Studi yang dilakukan David Smith dan timnya dari University of Aberdeen, Inggris, menunjukkan bahwa suara pria yang dalam dan rendah lebih maskulin dan penting baik dalam pemilihan pasangan maupun akurasi memori pada wanita.

5. 75% Wanita Habiskan Rp 7 Juta Saat Patah Hati
Berdasarkan survei yang dilakukan situs belanja online di Inggris bernama Superdrug, 75% wanita menghabiskan US$ 782 atau sekitar Rp 7 jutaan untuk mengubah penampilannya setelah putus cinta. Penelitian itu mengikutsertakan 2.000 responden wanita. Lebih dari setengah responden mengungkapkan mereka segera pergi ke salon untuk mendapatkan gaya rambut baru, manicure dan pedicure, membeli pakaian dan make-up, bahkan mendaftarkan diri ke pusat kebugaran. Wanita menganggap kekasihnya mencampakkannya karena mereka kurang menarik sehingga berbagai langkah perawatan diri dilakukan.

6. 48% Pria Putuskan Kekasih karena Gemuk
Ternyata sekarang ini cukup banyak pria yang mementingkan penampilan fisik wanita. Hal itu terbukti dari survei terbaru, 48% pria mengaku mencampakkan wanitanya yang gemuk. Survei yang dibuat oleh situs AskMen dan Cosmpolitan tersebut diikuti oleh 70 ribu orang di Amerika Serikat. Dari survei itu terungkap pria benar-benar tidak menerima jika pasangannya mengalami kenaikan berat badan.

7. Wanita dengan Karir Sukses Lebih Mudah Berselingkuh
Penelitian dilakukan Joris Lammers, profesor dari Tilburg University di Belanda. Dia mempelajari perilaku lebih dari 1.500 pembaca majalah bisnis, mulai dari jabatan paling tinggi sampai rendah. Hasilnya, Joris menemukan bahwa wanita yang menduduki jabatan tinggi di kantornya tertarik pada tantangan dan risiko tinggi. Berselingkuh, jadi salah satu cara untuk memenuhi 'hasrat' tantangan tersebut. Penyebabnya bukan karena rendah-tingginya kematangan moral, tapi kekuasaan dan kesempatan.

8. Senyuman Buat Pria Kurang Menarik
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal American Psychological Association mengungkapkan, pria yang murah senyum dianggap tidak menarik bagi wanita. Responden diminta melihat foto lawan jenisnya. Kemudian, peneliti melihat reaksi responden pertama kali melihat foto tersebut.

"Pria yang tersenyum dianggap kurang menarik bagi sebagian wanita," jelas Jessica Tracy, pemimpin penelitian dan psikolog dari University of British Columbia, seperti dilansir iDiva.

Wanita sepertinya lebih menyukai sosok pria yang dingin dan tidak banyak senyum. Seperti Rangga dalam film AADC atau si vampir Edward Cullen dalam film 'Twilight'. Sebuah ekspresi sedikit tertunduk malu tanpa senyuman adalah sebuah sikap yang mengisyaratkkan membutuhkan simpati. Bagi wanita ekspresi itu dapat sangat menarik.


Akai Milan Osei - Got to Dance WInner 2010




Here is videos of Akai Milan Osei - Got to Dance Winner 2010

Name : Akai Milan Osei
Birth Date : Lamberth, London, UK 28 November 1999
Idols : Michael Jackson, Diversity, Flawless and Chris Brown
Winner of Got to dance 2010, with £100,000 prize
Star actor in Street Dancer 3D + video clip N-Dubz "We Dance On" 2010, Official Soundtrack Street Dance 3D

















Being On Time




Mungkin sudah banyak di antara kita yang telah mendengar kata on-time. Sebagaimana yang kita ketahui on-time merupakan kata bahasa Inggris yang berarti tepat waktu. Memang begitu mudah menerjemahkannya sebagai tepat waktu, tapi bagaimana dengan pelaksanaannya? Sudah kah tepat?

Mengutip kata-kata dari Billy Boen di bukunya “Young On Top”, “Apabila kamu datang tepat waktu, artinya kamu menghormati orang yang akan bertemu dengan kamu. Dan tidak hanya itu, kamu juga telah menghargai diri kamu sendiri karena berhasil memenuhi jadwal yang sudah kamu buat sebelumnya“.


Zaman sekarang kata On Time bukanlah hanya sekadar tepat waktu, melainkan All About Respect. Respect di sini berarti menghargai dan menghormati. Menghargai orang yang sudah berjanji bertemu dengan kita dan menghargai diri kita sendiri terhadap jadwal yang telah kita tentukan. Jika bukan mulai dari kita sendiri yang menghargai diri kita, terus siapa lagi?





Ilustrasinya seperti ini. Saya telah berjanji dengan 3 orang rekan untuk bertemu pukul 11.00 di daerah Jakarta.
Pada pukul 14.00 saya harus bertemu dosen di kampus. Bisa dibayangkan apabila pertemuan dengan rekan-rekan saya tersebut tidak dimulai dengan on time? Hampir pasti saya juga akan telat bertemu dengan dosen saya. Oleh karena itu, baik saya maupun ke 3 rekan saya yang lain harus memulainya dengan on time agar jadwal yang telah diatur dari tiap orang dapat berlangsung dengan baik. Jika sudah begitu, maka kita termasuk sudah menghargai diri kita dan menghargai orang lain pula.



Jalanan macet? Siapa yang tidak tahu? “Jangan gunakan macet sebagai alasan.
Perhitungkan waktu kamu dengan telah melibatkan unsur macet di dalamnya!” Ucap seorang dosen saya di kampus. Pada awalnya saya sungguh kesal dengan dosen tersebut, tetapi makin ke sini saya termasuk orang yang mendukung kata-kata nya mengenai on time. Kemacetan di Jakarta memang tidak bisa dicegah tapi bukanlah penghalang bagi kita untuk menepati janji secara on time. Jika jarak rumah cukup jauh dari tempat yang telah dijanjikan, estimasikan waktu yang memang telah melibatkan unsur macet di dalamnya. Misal: janji pertemuan jam 11.00. Jika jarak rumah jauh, jalanlah sekitar 1,5jam sebelumnya dan estimasikan pula waktu macet kurang lebih 30 menit-1 jam. Lalu jalanlah dari rumah menggunakan waktu yang telah mengandung unsur jauh dan macet tersebut.



Quotres about time, from Idea champions :

The biggest excuse people make about why they can't innovate is the lack of time. Really?

1. "Time is a created thing. To say 'I don't have time' is to say 'I don't want to.'" - Lao Tzu

2. "To achieve great things, two things are needed; a plan, and not quite enough time." - Leonard Bernstein

3. "Don't say you don't have enough time. You have exactly the same number of hours per day that were given to Helen Keller, Pasteur, Michaelangelo, Mother Teresa, Leonardo da Vinci, Thomas Jefferson, and Albert Einstein." - H. Jackson Brown

4. "The only reason for time is so that everything doesn't happen at once." - Albert Einstein

5. "The best thing about the future is that it comes one day at a time."- Abraham Lincoln

6. "Take time to deliberate; but when the time for action arrives, stop thinking and go in." - Napoleon Bonaparte

7. "Your time is limited, so don't waste it living someone else's life. Don't be trapped by dogma -- which is living with the results of other people's thinking. Don't let the noise of others' opinions drown out your own inner voice. And most important, have the courage to follow your heart and intuition. They somehow already know what you truly want to become. Everything else is secondary." - Steve Jobs

8. "Time isn't precious at all, because it is an illusion." - Eckhart Tolle

9. "Time is more valuable than money. You can get more money, but you cannot get more time." - Jim Rohn

10. "Defer no time, delays have dangerous ends." - William Shakespeare

11. "Time is what we want most, but what we use worst." - William Penn

12. "Time is but the stream I go a-fishing in." - Henry David Thoreau

13. "Time is too slow for those who wait, too swift for those who fear, too long for those who grieve, too short for those who rejoice, but for those who love, time is eternity." - Henry Van Dyke

14. "You may delay, but time will not." - Ben Franklin

15. "If you want work well done, select a busy man -- the other kind has no time." - Elbert Hubbard

16. "What then is time? If no one asks me, I know what it is. If I wish to explain it to him who asks, I do not know." - Saint Augustine

17. "Pick my left pocket of its silver dime, but spare the right -- it holds my golden time!" - Oliver Wendell Holmes

Dali+Persistence+of+Time.jpg

18. "Both young children and old people have a lot of time on their hands. That's probably why they get along so well." - Jonathan Carroll

19. "My time is now." - John Turner

20. "All my possessions for a moment of time." - Queen Elizabeth

21. "What may be done at any time will be done at no time." - Scottish proverb

22. "Half our life is spent trying to find something to do with the time we have rushed through life trying to save." - Will Rogers

23. "Time flies like an arrow. Fruit flies like a banana." - Groucho Marx

24. "I've been on a calendar, but I have never been on time." - Marilyn Monroe

25. "The surest way to be late is to have plenty of time." - Leo Kennedy

26. "A committee is a group that keeps minutes and loses hours." - Milton Berle

hourglass_002-1.jpg

27. "The future has already arrived. It's just not evenly distributed yet." - William Gibson

28. "The key is in not spending time, but in investing it." -
Stephen Covey

29. "It's not enough to be busy, so are the ants. The question is, what are we busy about?" - Henry David Thoreau

30. "Take care of the minutes and the hours will take care of themselves." - Lord Chesterfield

31. "In truth, people can generally make time for what they choose to do; it is not really the time but the will that is lacking." - Sir John Lubbock

32. "I am definitely going to take a course on time management -- just as soon as I can work it into my schedule." - Louis Boone

33. "You will never 'find' time for anything. If you want time, you must make it." - Charles Bruxton

34. "The bad news is time flies. The good news is you're the pilot." -
- Michael Altshule

35. "Time is really the only capital that any human being has, and the only thing he can't afford to lose." - Thomas Edison

36. "The time for action is now. It's never too late to do something." - Carl Sandburg



Wednesday, June 6, 2012

Why Chinese Mothers Are Superior


Can a regimen of no playdates, no TV, no computer games and hours of music practice create happy kids? And what happens when they fight back?





A lot of people wonder how Chinese parents raise such stereotypically successful kids. They wonder what these parents do to produce so many math whizzes and music prodigies, what it's like inside the family, and whether they could do it too. Well, I can tell them, because I've done it. Here are some things my daughters, Sophia and Louisa, were never allowed to do:


Amy Chua with her daughters, Louisa and Sophia, at their home in New Haven, Conn.

• attend a sleepover

• have a playdate

• be in a school play

• complain about not being in a school play

• watch TV or play computer games

• choose their own extracurricular activities

• get any grade less than an A

• not be the No. 1 student in every subject except gym and drama

• play any instrument other than the piano or violin

• not play the piano or violin.

I'm using the term "Chinese mother" loosely. I know some Korean, Indian, Jamaican, Irish and Ghanaian parents who qualify too. Conversely, I know some mothers of Chinese heritage, almost always born in the West, who are not Chinese mothers, by choice or otherwise. I'm also using the term "Western parents" loosely. Western parents come in all varieties.

All the same, even when Western parents think they're being strict, they usually don't come close to being Chinese mothers. For example, my Western friends who consider themselves strict make their children practice their instruments 30 minutes every day. An hour at most. For a Chinese mother, the first hour is the easy part. It's hours two and three that get tough.


Despite our squeamishness about cultural stereotypes, there are tons of studies out there showing marked and quantifiable differences between Chinese and Westerners when it comes to parenting. In one study of 50 Western American mothers and 48 Chinese immigrant mothers, almost 70% of the Western mothers said either that "stressing academic success is not good for children" or that "parents need to foster the idea that learning is fun." By contrast, roughly 0% of the Chinese mothers felt the same way. Instead, the vast majority of the Chinese mothers said that they believe their children can be "the best" students, that "academic achievement reflects successful parenting," and that if children did not excel at school then there was "a problem" and parents "were not doing their job." Other studies indicate that compared to Western parents, Chinese parents spend approximately 10 times as long every day drilling academic activities with their children. By contrast, Western kids are more likely to participate in sports teams.
Journal Community

What Chinese parents understand is that nothing is fun until you're good at it. To get good at anything you have to work, and children on their own never want to work, which is why it is crucial to override their preferences. This often requires fortitude on the part of the parents because the child will resist; things are always hardest at the beginning, which is where Western parents tend to give up. But if done properly, the Chinese strategy produces a virtuous circle. Tenacious practice, practice, practice is crucial for excellence; rote repetition is underrated in America. Once a child starts to excel at something—whether it's math, piano, pitching or ballet—he or she gets praise, admiration and satisfaction. This builds confidence and makes the once not-fun activity fun. This in turn makes it easier for the parent to get the child to work even more.

Chinese parents can get away with things that Western parents can't. Once when I was young—maybe more than once—when I was extremely disrespectful to my mother, my father angrily called me "garbage" in our native Hokkien dialect. It worked really well. I felt terrible and deeply ashamed of what I had done. But it didn't damage my self-esteem or anything like that. I knew exactly how highly he thought of me. I didn't actually think I was worthless or feel like a piece of garbage.




From Ms. Chua's album: 'Mean me with Lulu in hotel room... with score taped to TV!'

As an adult, I once did the same thing to Sophia, calling her garbage in English when she acted extremely disrespectfully toward me. When I mentioned that I had done this at a dinner party, I was immediately ostracized. One guest named Marcy got so upset she broke down in tears and had to leave early. My friend Susan, the host, tried to rehabilitate me with the remaining guests.

The fact is that Chinese parents can do things that would seem unimaginable—even legally actionable—to Westerners. Chinese mothers can say to their daughters, "Hey fatty—lose some weight." By contrast, Western parents have to tiptoe around the issue, talking in terms of "health" and never ever mentioning the f-word, and their kids still end up in therapy for eating disorders and negative self-image. (I also once heard a Western father toast his adult daughter by calling her "beautiful and incredibly competent." She later told me that made her feel like garbage.)

Chinese parents can order their kids to get straight As. Western parents can only ask their kids to try their best. Chinese parents can say, "You're lazy. All your classmates are getting ahead of you." By contrast, Western parents have to struggle with their own conflicted feelings about achievement, and try to persuade themselves that they're not disappointed about how their kids turned out.

I've thought long and hard about how Chinese parents can get away with what they do. I think there are three big differences between the Chinese and Western parental mind-sets.
[chau inside] Chua family

Newborn Amy Chua in her mother's arms, a year after her parents arrived in the U.S.

First, I've noticed that Western parents are extremely anxious about their children's self-esteem. They worry about how their children will feel if they fail at something, and they constantly try to reassure their children about how good they are notwithstanding a mediocre performance on a test or at a recital. In other words, Western parents are concerned about their children's psyches. Chinese parents aren't. They assume strength, not fragility, and as a result they behave very differently.

For example, if a child comes home with an A-minus on a test, a Western parent will most likely praise the child. The Chinese mother will gasp in horror and ask what went wrong. If the child comes home with a B on the test, some Western parents will still praise the child. Other Western parents will sit their child down and express disapproval, but they will be careful not to make their child feel inadequate or insecure, and they will not call their child "stupid," "worthless" or "a disgrace." Privately, the Western parents may worry that their child does not test well or have aptitude in the subject or that there is something wrong with the curriculum and possibly the whole school. If the child's grades do not improve, they may eventually schedule a meeting with the school principal to challenge the way the subject is being taught or to call into question the teacher's credentials.

If a Chinese child gets a B—which would never happen—there would first be a screaming, hair-tearing explosion. The devastated Chinese mother would then get dozens, maybe hundreds of practice tests and work through them with her child for as long as it takes to get the grade up to an A.

Chinese parents demand perfect grades because they believe that their child can get them. If their child doesn't get them, the Chinese parent assumes it's because the child didn't work hard enough. That's why the solution to substandard performance is always to excoriate, punish and shame the child. The Chinese parent believes that their child will be strong enough to take the shaming and to improve from it. (And when Chinese kids do excel, there is plenty of ego-inflating parental praise lavished in the privacy of the home.)












Sophia playing at Carnegie Hall in 2007.


Second, Chinese parents believe that their kids owe them everything. The reason for this is a little unclear, but it's probably a combination of Confucian filial piety and the fact that the parents have sacrificed and done so much for their children. (And it's true that Chinese mothers get in the trenches, putting in long grueling hours personally tutoring, training, interrogating and spying on their kids.) Anyway, the understanding is that Chinese children must spend their lives repaying their parents by obeying them and making them proud.

By contrast, I don't think most Westerners have the same view of children being permanently indebted to their parents. My husband, Jed, actually has the opposite view. "Children don't choose their parents," he once said to me. "They don't even choose to be born. It's parents who foist life on their kids, so it's the parents' responsibility to provide for them. Kids don't owe their parents anything. Their duty will be to their own kids." This strikes me as a terrible deal for the Western parent.

Third, Chinese parents believe that they know what is best for their children and therefore override all of their children's own desires and preferences. That's why Chinese daughters can't have boyfriends in high school and why Chinese kids can't go to sleepaway camp. It's also why no Chinese kid would ever dare say to their mother, "I got a part in the school play! I'm Villager Number Six. I'll have to stay after school for rehearsal every day from 3:00 to 7:00, and I'll also need a ride on weekends."

Don't get me wrong: It's not that Chinese parents don't care about their children. Just the opposite. They would give up anything for their children. It's just an entirely different parenting model.


Here's a story in favor of coercion, Chinese-style. Lulu was about 7, still playing two instruments, and working on a piano piece called "The Little White Donkey" by the French composer Jacques Ibert. The piece is really cute—you can just imagine a little donkey ambling along a country road with its master—but it's also incredibly difficult for young players because the two hands have to keep schizophrenically different rhythms.

Lulu couldn't do it. We worked on it nonstop for a week, drilling each of her hands separately, over and over. But whenever we tried putting the hands together, one always morphed into the other, and everything fell apart. Finally, the day before her lesson, Lulu announced in exasperation that she was giving up and stomped off.

"Get back to the piano now," I ordered.

"You can't make me."

"Oh yes, I can."

Back at the piano, Lulu made me pay. She punched, thrashed and kicked. She grabbed the music score and tore it to shreds. I taped the score back together and encased it in a plastic shield so that it could never be destroyed again. Then I hauled Lulu's dollhouse to the car and told her I'd donate it to the Salvation Army piece by piece if she didn't have "The Little White Donkey" perfect by the next day. When Lulu said, "I thought you were going to the Salvation Army, why are you still here?" I threatened her with no lunch, no dinner, no Christmas or Hanukkah presents, no birthday parties for two, three, four years. When she still kept playing it wrong, I told her she was purposely working herself into a frenzy because she was secretly afraid she couldn't do it. I told her to stop being lazy, cowardly, self-indulgent and pathetic.

Jed took me aside. He told me to stop insulting Lulu—which I wasn't even doing, I was just motivating her—and that he didn't think threatening Lulu was helpful. Also, he said, maybe Lulu really just couldn't do the technique—perhaps she didn't have the coordination yet—had I considered that possibility?

"You just don't believe in her," I accused.

"That's ridiculous," Jed said scornfully. "Of course I do."

"Sophia could play the piece when she was this age."

"But Lulu and Sophia are different people," Jed pointed out.

"Oh no, not this," I said, rolling my eyes. "Everyone is special in their special own way," I mimicked sarcastically. "Even losers are special in their own special way. Well don't worry, you don't have to lift a finger. I'm willing to put in as long as it takes, and I'm happy to be the one hated. And you can be the one they adore because you make them pancakes and take them to Yankees games."

I rolled up my sleeves and went back to Lulu. I used every weapon and tactic I could think of. We worked right through dinner into the night, and I wouldn't let Lulu get up, not for water, not even to go to the bathroom. The house became a war zone, and I lost my voice yelling, but still there seemed to be only negative progress, and even I began to have doubts.

Then, out of the blue, Lulu did it. Her hands suddenly came together—her right and left hands each doing their own imperturbable thing—just like that.

Lulu realized it the same time I did. I held my breath. She tried it tentatively again. Then she played it more confidently and faster, and still the rhythm held. A moment later, she was beaming.

"Mommy, look—it's easy!" After that, she wanted to play the piece over and over and wouldn't leave the piano. That night, she came to sleep in my bed, and we snuggled and hugged, cracking each other up. When she performed "The Little White Donkey" at a recital a few weeks later, parents came up to me and said, "What a perfect piece for Lulu—it's so spunky and so her."



Even Jed gave me credit for that one. Western parents worry a lot about their children's self-esteem. But as a parent, one of the worst things you can do for your child's self-esteem is to let them give up. On the flip side, there's nothing better for building confidence than learning you can do something you thought you couldn't.

There are all these new books out there portraying Asian mothers as scheming, callous, overdriven people indifferent to their kids' true interests. For their part, many Chinese secretly believe that they care more about their children and are willing to sacrifice much more for them than Westerners, who seem perfectly content to let their children turn out badly. I think it's a misunderstanding on both sides. All decent parents want to do what's best for their children. The Chinese just have a totally different idea of how to do that.

Western parents try to respect their children's individuality, encouraging them to pursue their true passions, supporting their choices, and providing positive reinforcement and a nurturing environment. By contrast, the Chinese believe that the best way to protect their children is by preparing them for the future, letting them see what they're capable of, and arming them with skills, work habits and inner confidence that no one can ever take away.


—Amy Chua is a professor at Yale Law School and author of "Day of Empire" and "World on Fire: How Exporting Free Market Democracy Breeds Ethnic Hatred and Global Instability." This essay is excerpted from "Battle Hymn of the Tiger Mother" by Amy Chua, to be published Tuesday by the Penguin Press, a member of Penguin Group (USA) Inc. Copyright © 2011 by Amy Chua.

Thursday, April 26, 2012

Mata Pria dan Wanita



1. Pandangan wanita lebih melebar, pandangan pria lebih tajam

Pria sering banget kepergok lagi ngelirik wanita lain yang lewat di sebelahnya . Padahal, wanita juga sering kok mengagumi pria ganteng yang kebetulan melintas. Bedanya, kalau wanita nggak perlu menoleh karena jangkauan pandangannya lebih dari 180 derajat. Ini karena mata seorang wanita punya lebih banyak jenis kerucut dalam retinanya.

Mata seorang pria ukurannya lebih besar dari mata wanita, dan otak menyusunnya seperti sebuah terowongan. Artinya, pria bisa ngeliat lebih jelas, lebih tepat, dan lebih jauh dibanding wanita. Mirip teropong !

2. Pria lebih bisa melihat di dalam gelap

Kalo udah malem, lebih baik jangan serahkan tugas nyetir pada wanita. Soalnya, ternyata pria emang lebih mahir ngeliat di dalam gelap dibanding wanita . Apalagi, pria juga punya kemampuan spasial yang lebih baik di otak kanannya.

Sebaliknya, wanita biasanya kesulitan melihat jarak jauh di dalam kegelapan. Kemampuan ruang yang terbatas juga bikin sebagian besar wanita sulit menentukan arah laju kendaraan lain di malam hari.

3. Mata wanita bisa melihat lebih banyak

Sejak ribuan tahun yang lalu, otak pria dipersiapkan untuk berburu. Kita harus bisa melihat banyak hal dalam area yang sempit. Otak kita secara otomatis menyempitkan penglihatan kita supaya bisa memusatkan perhatian pada satu hal yang khusus, misalnya binatang buruan.

Pada wanita nggak seperti ini. Sebagai spesies yang terbiasa bertugas melindungi sarang atau tempat tinggal, otak wanita pun terprogram untuk mengolah semua informasi visual yang masuk di lingkup yang lebih luas. Inilah kenapa wanita lebih gampang mencari barang hilang dibanding pria, karena otaknya bisa memproses lebih banyak “gambar” dalam satu waktu dibanding pria.



Snow In Sahara January 2012

Laporan berita membicarakan sesuatu yang sangat sulit dipercaya, seperti pohon-pohon palem padang pasir yang berlatarkan bukit-bukit salju layaknya resor ski Alpine.

Media Afrika menjelaskan badai di Sahara akan menghasilkan beberapa konsekuensi positif. Selain sukacita anak-anak dan wabah hasil parasit di pohon, dan memulihkan air tanah yang mampengaruhi kelangsungan hidup oasis padang pasir.



Salju turun pada hari Selasa di Sahara Barat di Aljazair. 24 jam dingin itu membawa salju dan hujan di wilayah tersebut. Angin yang sangat kencang disertai salju itu menerpa di jalan-jalan dan fasilitas di provinsi Bechar. Badan meteorologi meramalkan cuaca baik untuk kembali pada hari Rabu. Orang yang tinggal di wilayah tersebut mengatakan bahwa salju itu baik untuk telapak tangan, untuk membunuh parasit. Bechar terletak di Sahara utara, sekitar 36 mil selatan perbatasan Maroko.